Menyambut Kematian dengan Jiwa Bahagia, Resensi Buku Psikologi Kematian

oleh | 19 Des 2017 | Buku

Pendahuluan

Assalamu’alaikum, Selamat Siang. Oke kali ini saya akan kembali menawarkan rekomendasi buku bacaan yang sudah saya rangkum, bahasanya sih resensi tapi ga sesuai kaidah gitu wkwk. Yang penting disini menulis bebas, dan isinya yang mau disampaikan nyampe gitu hehe denial :D. Yang penting sejalan dengan resensi buku psikologi kematian ini.

Anda tidak perlu larut di dalam kesedihan karean kepergian orang yang tercinta. Bila Anda beriman dan beramal saleh, Anda akan dipertemukan kembali dengannya di Surga (QS. Al Thur [52]: 21) dan (QS Al-Insyiqaq [84]: 7-9)

Sebelumnya saya sudah pernah membuat sebuah resensi buku yang bernuansa filsafat, karya Jostein Gaarder yaitu Dunia Sophie (Bisa dibaca disini, Resensi Dunia Sophie). Buku ini juga sangat kental dengan filsafat, karena penulis buku ini merupakan ahli atau pakar di bidang filsafat.

Baca juga: Melatih Untuk Mengurangi Emosi dan Pikiran Negatif Secara Praktis – Resensi Buku Filosofi Teras

Bagi kalian yang pengen tahu filsafat di Barat bisa dibaca buku Dunia Sophie nya, dan jangan lupa baca juga buku ahli filsafat dari Ulama-Ulama Islam terdahulu, seperti Imam Ghazali, Ibn Shina, Al Farabi dsb. Jadi biar engga ada disonansi kognitif dan identifikasi kelompok hehehe. Langsung saja cekidot sampai akhir baca artikel Menyambut Kematian dengan Jiwa Bahagia, Resensi Buku Psikologi Kematian Karya Prof. Komaruddin Hidayat ini.

Menyambut Kematian dengan Jiwa Bahagia, Resensi Buku Psikologi Kematian

Informasi Buku

Judul Buku     : Psikologi Kematian Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme

Penulis     : Prof. Komaruddin Hidayat

Genre        : Psikologi; Spiritual; Motivasi; Agama

Bahasa        : Indonesia

Penerbit    : Noura Books (PT. Mizan Publika); Jakarta, 2015

ISBN         : 978-602-385-027-3

Tentang Penulis

Prof Komaruddin Hidayat

Komaruddin Hidayat lahir di Desa Pabelan, Magelang, pada 18 Oktober 1953. Pendidikan pertamanya di Ponpes Pabelan, Kemudian ke IAIN (UIN Sekarang) Syarif Hidayatullah, Jakarta jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin. Kemudian beliau melanjutkan studinya ke Middle East University, Ankara, Turki pada Departement Filsafat.

Baca juga: Memahami Cara Berpikir dan Mengambil Keputusan dalam Otak – Resensi Buku Thinking Fast and Slow

Beliau juga pernah mengenyam pendidikan Post-doctorate research di McGill University, Montreal, Kanada dan Hartford Seminary, Connecticut, Amerika Serikat. Prof. Komar sekarang setelah menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menjadi guru besar di Fakultas Psikologi dan pengajar Mata Kuliah Filsafat Ilmu dan Filsafat Islam. (Baca lebih lanjut disini)

Karya lainnya yang pernah ibuat adalah Psikologi Beragama, Psikologi Kebahagiaan, Tuhan Begitu Dekat, Wahyu di Langit dan Wahyu di Bumi, 250 Wisdom, Menafsirkan Kehendak Tuhan dan masih banyak lagi.

Sinopsis

Mengapa psikologi kematian ?. Membahas soal kematian, itu merupakan suatu hal yang menyesakan dada bagi orang yang ditinggalkan. Semua orang berusaha untuk menjauhi pintu-pintu kematian, yang padahal kematian akan tiba dari segala penjuru mata angin tanpa bisa kita bantahkan. Padahal hal itu merupakan sarana bagi jiwa untuk pulan kembali ke sini sang Maha Kuasa. Alasan lainnya yaitu bagi kaum liberalis sekuler menganggap bahwa kehidupan berakhir dengan matinya jasad manusia. Mereka tidak peduli dengan kehidupan setelah kematian di dunia.

Sebuah kembang melati yang menyejukan hati

Terakhir kematian merupakan sumber ketakutan bagi manusia, ketakutan tersebut bersifat laten. Namun ketika manusia memiliki kesadaran bahwa ia tidak bisa hidup abadi, maka jalan yang ditempuh untuk menggapai hidup abadi adalah dengan membuat suatu innovasi dengan menulis buku atau membuat manfaat terhadap sesama dan membantu pekerjaan sosial serta beragama.

Resensi Psikologi Kematian

Bab I     : Makna Kelahiran Manusia

Bab ini menjelaskan bahwa bagaimana manusia itu harus menyadari kematian dan kelahiran setiap hari. Itu terjadi saat kita akan tidur dan bangung dari tidur. Prof. Komar menjelaskan secara falsafah mengapa itu disebut kematian dan bagiamana kita menghadapi jeratan belenggu kenikmatan sesaat dalam kenyamanan dunia

Bab 2     : Pencarian Makna Sebelum Kematian Datang

Dalam bagian ini beliau menjelaskan dengan tutur katanya yang lihai dan perumpamaan yang tepat, bagaiamana kita seharusnya mandang hidup ini dan memaknai kehidupan agar jiwa tidak tersesat di dunia. Disini dibahas apa makna dari panjang umur. Secara singkat keabadian dan panjang umur yaitu ketika tidak terikat dengan waktu, hal itu bisa saja terjadi dalam hidup kita. Tepatnya ketika kita Shalat, mengapa ? karena konsentrasi penuh terhadap Allah Swt kita melupakan prediksi atau pikiran masa depan dan masa lalu.

Time

Hati-hati terhadap waktu luang. source : Goyor-aljanah

Bab 3    : Kematian Bukan Untuk Ditakuti

Kematian dan kehidupan merupakan suatu hal yang beriringan. Kita merupakan penumpang dalam perahu dunia yang mengarungi luasnya bahtera samudera waktu dan ruang. Kehidupan diumpamakan kita berada dalam sebuah ruang tunggu yang sedang menunggu pesawat terbang tujuan kita datang, kita bertemu banyak orang yang berlalu lalang dan dilupakan. Ketika pesawat tujuan kita datang, kita senang tidak karuan. Begitupun kematian jika datang harus disambut dengan kesenangan, karena merupakan puncak rindu kepada Allah Swt.

Bab 4     : Menyambut Kehidupan Abadi

Kita sebagai makhluk yang bakalan mati, harus menerima apa yang melekat pada kodrat kita. Begitupun ungkapan dari Prof. Komaruddin bagaimana kita harus menyambut kematian yang akan tiba. Seperti dicontohkan bahwa, kematian yang didahului dengan sakit terlebih dahulu lebih membawa berkah daripada yang tiba-tiba. Karena sakit bisa sebagai cobaan dan sarana pengampunan dosa oleh Allah kepada hambanya yang sabar. Dan disini dijelaskan bahwa, kita harus melepaskan dan menanggalkan atribut-atribut materialis duniawi kepada aspek spiritualistik ukhrawi.

Abtraksi Seputar Kematian

Pertama pada burung beo peliharaan Prof komar yang mengajarkan bahwa ketakutan untuk pergi dari zona nyaman sering terjadi juga pada manusia. Manusia yang takut terhadap perubahan yang akan terjadi dan kehilangan zona nyaman yang sudah dirasakan sampai hari ini. Menurut saya hal tersebut terjadi karena terlalu memandang negatif sebuah perubahan, kita hanya memikirkan konsekuensi buruk dalam keluar dari zona nyaman. Padahal disana ada suatu perubahan yang lebih baik menunggu untuk disambut. Begitupun masalah kematian, karena kematian belum dirasa jadi kita skeptis terhadap itu. Padahal yang diperlukan adalah percaya terhadap kalamullah yang sudah pasti benar.

Baca juga: Makna Sebuah Keluarga dan Hidup dengan Boneka – Resensi Buku The Puppeteer

Pertama pada burung beo peliharaan Prof komar yang mengajarkan bahwa ketakutan untuk pergi dari zona nyaman sering terjadi juga pada manusia. Manusia yang takut terhadap perubahan yang akan terjadi dan kehilangan zona nyaman yang sudah dirasakan sampai hari ini. Menurut saya hal tersebut terjadi karena terlalu memandang negatif sebuah perubahan, kita hanya memikirkan konsekuensi buruk dalam keluar dari zona nyaman. Padahal disana ada suatu perubahan yang lebih baik menunggu untuk disambut. Begitupun masalah kematian, karena kematian belum dirasa jadi kita skeptis terhadap itu. Padahal yang diperlukan adalah percaya terhadap kalamullah yang sudah pasti benar.

 Jika kau takut kematian, kau takut pada dirimu sendiri. . . Itulah wajah-burukmu, bukan kematian. Ruhmu seperti pohon, kematian daun-daunnya. Berapa banyak anak-pikiranmu kan kaulihat di kubur? Pikiran-Baikmu lahirkan remaja dan bidadari. Pikiran-burukmu ? Setan-setan besar. (Jalaluddin Rumi).

Dan yang terakhir adalah ungkapan bahwa semua orang akan mati dan akan diadili dalam peradilan yang adil. Jika tidak ada lagi kehidupan setelah kematian dan tidak ada pengadilan, maka untuk apa berbuat baik jika penjahat yang merampok atau pembunuh berakhir sama dengan orang yang dermawan yaitu hanya membusuk jasadnya dalam tanah dan tidak ada konsekuensi dari tindak kejahatan, sungguh hidup ini hanya akan dipenuhi dengan tindakan durjana dan banyak innosent yang akan merugi.

Daftar Pustaka

  • Hidayat K., (2015), Psikologi Kematian Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme, Jakarta: Noura Books.
  • http://wikipedia.co.id

Penutup

Akhirnya selesai juga Alhamdulillah. Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat bagi kita dan bisa mengambil hikmah dari setiap bacaan. Perlu diketahui, ini adalah sebuah karya manusia pasti ada sebuah kehilafan di dalamnya, namun tidak perlu diumbar dan dideskreditkan.

Pelajaran yang bisa diambil adalah semoga kita bisa lebih siap dan husnul khotimah di akhir hayat kita nanti, seberapa keraspun kita menolak kematian dia akan datang juga kepada kita bahkan sangat dekat berada dekat dengan kita. But, don’t be afraid to do the life. You can make it to be a motivation to get an ending life, to meet with Allah SWT. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bagi teman-teman yang memiliki kritik atau saran yang bersifat membangun blog ini dan mungkin ingin mengirimkan artikelnya untuk dipublikasikan di website ini, kamu bisa mengirim itu ke email : aripviker@gmail.com

N.B. Bagi temen-temen yang ingin tahu trik membaca buku hebat secara gratis, tunggu postingan saya selanjutnya ya hehe 😀

0 Komentar

Trackbacks/Pingbacks

  1. Kisah Perjalanan Rumi Menjadi Sufi dan Anak Angkatnya Kimya dari Desa Sampai Bertemu Rumi, Resensi Buku Kimya Sang Putri Rumi – Arif Keisuke - […] Menyambut Kematian dengan Jiwa Bahagia, Resensi Buku Psikologi Kematian […]

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *