Menelaah Sejarah Hubungan Masyarakat Bumi Putera dan Tionghoa Sejak Masa VOC – Resensi Buku Geger Pacinan 1740-1743 Karya Daradjadi

oleh | 12 Jan 2021 | Buku

Pendahuluan 

Kali ini Arif Keisuke akan memuat artikel mengenai resensi buku geger pacinan 1740-1743 karya Daradjadi. Buku yang menceritakan bagaimana wong cilik atau bumi putera bersatu dengan masyarakat Tionghoa melawan VOC. Memoar kerajaan Mataram ini menjadi saksi bahwa dalam alam bawah sadar rakyat Indonesia, khsusnya Jawa memiliki hubungan baik dengan Tionghoa. Mereka berusaha untuk mengusir kesengsaraan yang mereka derita karena VOC. 

Baca juga: Menjelajahi Peradaban Dunia dari Mesopotamia – Resensi dari Puncak Bagdad 

Dengan buku ini, Daradjadi ingin mengingatkan kita untuk tetap berhubungan baik dengan orang Tionghoa, terutama yang ada di Indonesia. Mereka juga memiliki sumbangsih terhadap perlawanan mengusir penjajahan. Tidak hanya Tionghoa, tapi etnis Arab, Eropa atau Asia lain juga harus kita hormati. Baca saja resensi buku geger pacinan 1740-1743 nya sampai tuntas. 

Yuk langsung saja baca dan bagiin artikel dengan judul lengkapnya Menelaah sejarah hubungan masyarakat bumi putera dan tionghoa sejak masa VOC – Resensi buku Geger Pacinan 1740-1743 karya Daradjadi

Menelaah Sejarah Hubungan Masyarakat Bumi Putera dan Tionghoa Sejak Masa VOC – Resensi Buku Geger Pacinan 1740-1743 Karya Daradjadi 

Informasi Buku

Resensi Buku Geger Pacinan 1740-1743. Review buku Geger Pacinan. Ulasan buku geger pacinan. Unduh buku Geger Pacinan. Sejarah Tionghoa dan Jawa.
Arif Keisuke – Resensi Buku Geger Pacinan 1740-1743 Karya Daradjadi
  • Judul Buku: Geger Pacinan 1740 – 1743; Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC 
  • Penulis: Daradjadi 
  • Genre: Sejarah 
  • Bahasa: Indonesia 
  • Penerbit: Penerbit Buku Kompas 
  • Kota Terbit: Jakarta 
  • Tahun Terbit: 2013 (Cetakan ke-3, 2017) 
  • Tebal Buku: 296 halaman 
  • ISBN: 978-602-412-313-0 

Tentang Penulis

Resensi Buku Geger Pacinan 1740-1743. Review buku Geger Pacinan. Ulasan buku geger pacinan. Unduh buku Geger Pacinan. Sejarah Tionghoa dan Jawa.
Arif Keisuke – Daradjadi Sumber: https://Daradjadi.Wordpress,com

Daradjadi, merupakan seorang sejarawan otodidak kelahiran Solo, Jawa Tengah pada 16 Januari 1940. Riwayat pendidikan beliau mulai dari SMA Negeri Surakarta, Sekolah Penilik Pabean, Program D-3 Sekolah Tinggi Ilmu Keuangan Negara (1963); Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara, LAN (1978); Canadian Customs College (1973); dan SESPA (1986). Aktivitas saat ini beliau menjabat sebagai pembina Yayasan Suryosumirat Kerabat Mangkunegaraan dan anggota Yayasan Mangadeg Surakarta. 

Sinopsis Buku Geger Pacinan 1740-1743 

Laskar Tionghoa dipimpin Kapitan Sepanjang dari Batavia dan Tan Sin Ko alias Singseh dari Jawa Bagian tengah. Pasukan Jawa dipimpin oleh Sunan Amangkurat V alias Raden Mas Garendi dan Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyowo, yang kelak akan menjadi Mangkunegara I. Perang yang dimulai di daerah Gandaria, di pinggiran Batavia kemudian membakar hampir seluruh wilayah pantai utara dan pedalaman Jawa, hingga ke Pasuruan di ujung timur Jawa. 

Inilah perang terbesar di Jawa zaman VOC yang mempunyai cakupan wilayah terluas. Sebuah epos dilatarbelakangi hubungan sosial yang cair antara golongan Tionghoa dan Jawa, atmosfer keakraban yang perlu tetap lestari untuk menciptakan Indonesia yang multikutural. 

Dalam bukunya ini, Daradjadi, menyegarkan kembali ingatan kita pada Geger Pacinan, potongan mozaik sejarah Nusantara yang selama ini terlupakan . . . 

Perang ini telah memberi perspektif baru hubungan orang Jawa – Tionghoa – Belanda. Pemerintah kolonial Belanda mulai melakukan pemisahan antara kedua jenis etnis sejauh mungkin. Suatu siasat guna mencegah terjadinya koalisi Tionghoa-Bumiputera melawan Belanda di masa berikutnya

Mary Somers Heidhues Sejarawan Cornell University 

Ulasan Buku dan Petikan Pesan 

Buku Geger Pacinan ini merupakan perluasan dari buku terbitan secara terbatas dari judul perang sepanjang menceritakan persekutuan Tionghoa dan Jawa. Dengan membaca buku ini, kamu akan mendapat kisah sejarah nusantara ketika Jawa dikuasai oleh kerajaan Mataram, Banten dan VOC. Pada masa tersebut terutama pada tahun 1740 merupakan puncak dari persekutuan antara orang Jawa terutama dari Kerajaan Mataram bersama orang Tionghoa dalam melawan VOC. Selain dari persekutuan tersebut, fokus utama dalam buku ini juga pada perkembangan Kerajaan Mataram sampai runtuhnya kerajaan tersebut. 

Resensi Buku Geger Pacinan 1740-1743. Review buku Geger Pacinan. Ulasan buku geger pacinan. Unduh buku Geger Pacinan. Sejarah Tionghoa dan Jawa.
Arif Keisuke – There is no glory in the war. Sumber: Unsplash.com

Awal mula kerusuhan yang terjadi di Batavia adanya kuota imigran bagi Tionghoa. Selain menerapkan kuota, pajak per kepala untuk warga Tionghoa cenderung sangat tinggi. Pemerasan VOC terhadap Tionghoa lambat laun berdampak pada berbagai sektor pada masanya. Munculnya kebijakan ini juga karena harga rempah jatuh dan persaingan dengan East Indie Company atau EIC milik Kerajaan Inggris. 

Perang melawan VOC mula-mula terjadi karena VOC mendengar desas desus bahwa orang Tionghoa akan melawan VOC lewat Kapten Sepanjang. Kemudian memang terjadi huru-hara di sekitaran Batavia lewat komando Kapiten Sepanjang. Ini menjadi latar belakang terjadinya pembantaian di Batavia. Gambar yang menjelaskan kejadian ini seperti kali besar yang berubah menjadi merah. Alasannya banyak warga tionghoa mulai dari anak hingga dewasa dibunuh dengan keji oleh VOC dan tubuhnya mereka buang ke kali Besar. Bahkan, mereka yang sedang berada di rumah sakit juga ikut kena dampaknya dan habis tak bernyawa. 

Baca juga: Makna Sebuah Keluarga dan Hidup dengan Boneka – Resensi Buku The Puppeteer 

Mereka yang selamat atau menyelamatkan diri ada yang gantung diri karena melihat kengerian yang gila itu. Sementara mereka yang lainnya bergabung dengan laskar Tionghoa lain di Bekasi. Laskar-laskar yang selamat ini akan terus bergerak ke arah timur mulai dari Karawang, Cirebon sampai ke daerah Mataram. Di daerah Mataram mereka bertemu dengan panglima dan bupati-bupati dari Kerajaan Mataram untuk menyelamatkan dan melindungi mereka. Selanjutnya latar bercerita perseteruan antara Kerajaan Mataram dan VOC. Tidak lupa juga keturunan Tionghoa yang bersatu dengan wong cilik malawan VOC menambah jalan cerita dalam episode perang melawan kompeni. 

Buku ini memberikan pesan bahwa mulai dari terbentuknya stereotip dan prasangka terhadap orang Tionghoa terjadi karena siasat pemerintah kolonial. Orang Tionghoa biasanya dijadikan sebagai penjaga gerbang tol yang bertugas memungut pajak. Semakin tinggi pajak yang dipungut semakin tinggi pula keuntungan penjaga dan bisa menyetor ke pihak kompeni atau bupati. Begitu juga terhadap orang Tionghoa yang berprofesi sebagai pengusaha dikenakan pajak yang sangat tinggi sehingga pemerasan sebenarnya oleh pemerintah kompeni. 

Baca juga: Alasan Kenapa Suatu Peradaban Lebih Maju dan Menjajah Peradaban Lain – Resensi Buku GunsGerms & Steel Karya Jared Diamond 

Profesi tersebut menjadi riskan karena cenderung langsung berkontak dengan masyarakat Jawa. Alhasil persepsi yang terbangun seperti orang Tionghoa itu pemeras, licik dan menguasai perekonomian Jawa. Padahal ini merupakan siasat dari cengkraman kekuasaan kolonial. Ditambah pemisahan pemukiman Tionghoa dan Jawa pada masanya memperuncing polemik pandangan tersebut. 

Jangan memperbanyak lawan, perbanyaklah kawan

Pidato Bung Tomo 

Dengan adanya buku ini harapannya yaitu memori kolektif akan persaudaraan serta perjuangan bersama bisa memperbaiki persepsi Jawa dan Tionghoa. Seperti yang kita tahu saat ini, pandangan warga Indonesia terhadap Tionghoa sedikit banyak cenderung negatif, biasanya bumbu penyerta pandangan tersebut atas dasar iri. Dasarnya sudah tertanam kuat sejak dulu, sehingga bukan merupakan hal aneh ketika ada percikan api bisa mengobar dasyat. 

Kepemilikan persepsi seperti itu berpotensi destruktif bagi kerukunan masyarakat heterogen Indonesia. Orang Jawa dan orang Tionghoa sama-sama merupakan entitas penting dalam membantu berjuang mengusir kolonial.

Khususnya di pulau Jawa, tapi secara hakikat untuk Indonesia. Tidak hanya Tionghoa, tapi bangsa Arab, Eropa dan Asia lainnya ada peranan dalam mengusir pemerintah kolonial yang sepatutnya kita junjung tinggi hubungan baik atas dasar perjuangan mereka. Jika tidak bisa, maka alasan karena sesama manusia cukup untuk saling berbuat baik satu sama lain. 

Link Download dan Baca Buku Geger Pacinan 1740-1743 PDF 

Bagi kamu yang ingin mengunduh buku Geger Pacinan pdf, saat ini kamu tidak bisa membaca buku ini secara gratis. Kamu juga tidak bisa membeli buku geger pacinan 1740-1743 di google play book karena belum dijual di sana. Atau kamu bisa mengunjungi link berikut [One Search Perpusnas

Meskipun begitu, kamu bisa membeli buku ini di toko terdekat denganmu. Kamu juga bisa membeli buku ini di toko online dengan kisaran harga Rp. 80.000 – Rp. 100.000., Yuk biasakan membeli buku resminya, atau membaca dari kanal resmi. Tujuannya untuk membantu penulis, penerbit, penjual buku dan pihak lain yang terlibat supaya tetap produktif dan bahagia. 

Buku Lain Karya Daradjadi 

  • Operasi dan Implikasi Serangan Oemoen 1 Maret 1949 (2012) 
  • Mr. Sartono: Pejuang Demokrasi dan Bapak Parlemen Indonesia (2014) 

Daftar Pustaka 

Daradjadi, (2017), Geger Pacinan 1740-743; Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC, Jakarta: Kompas. 

Penutup 

Oke untuk artikel mengenai resensi buku geger pacinan 1740-1743 karya Daradjadi sampai di sini saja. Semoga bisa bermanfaat dan jangan lupa bagikan kepada temanmu yang lain apabila belajar sesuatu hal baru dari sini. Terima kasih. 

Bagi kamu yang memiliki kritik dan saran yang dapat membangun blog ini, kamu bisa mengirimkannya ke alamat email berikut: aripviker@gmail.com  

Kata kunci: Resensi Buku Geger Pacinan 1740-1743. Review buku Geger Pacinan. Ulasan buku geger pacinan. Unduh buku Geger Pacinan. Sejarah Tionghoa dan Jawa. 

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *