Pendahuluan
Kali ini Arif Keisuke akan memuat artikel mengenai resensi buku bekisar merah karya Ahmad Tohari. Novel yang bertajuk mengenai gadis desa atau bunga desa yang rupawan, dengan campuran darah Jepang-Indonesia. Dengan kecantikannya tersebut membuat dirinya membatin dan menanggung luka semenjak kecil. Mulai dari pembulian oleh teman sebaya karena dianggap anak haram, korban desas-desus warga sekitar sampai kepada korban permainan mucikari kalangan atas.
Baca juga: Memahami Makna Cinta Sesungguhnya dari Novel Sufistik – Resensi Buku Layla dan Majnun Karya Nizami
Buku Bekisar Merah ini sangat baik untuk kamu baca. Banyak sekali pesan baik secara eksplisit maupun implisit yang terkandung dalam buku ini. Terlebih penggambaran citra alam pedesaan yang berada di pegunungan membuat nuansa cerita ini sungguh hidup. Pembaca seakan dibawa pada masa itu. Sebelum baca bukunya, baca dulu resensi buku bekisar merah di sini ya.
Yuk langsung saja baca dan bagiin artikel memahami realitas dan suasana warga pedesaan – resensi buku Bekisar Merah karya Ahmad Tohari di sini.
Memahami Realitas dan Suasana Warga Pedesaan – Resensi Buku Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari
Informasi Buku

- Judul Buku: Bekisar Merah
- Penulis: Ahmad Tohari
- Genre: Novel; Fiksi
- Bahasa: Indonesia, Jawa (Selingan)
- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
- Kota Terbit: Jakarta
- Tahun Terbit: 1993, 2011, 2018, 2019 (Cover Baru)
- Tebal Buku: 360 halaman
- ISBN: 978-979-22-6632-0
Tentang Penulis

K.H. Ahmad Tohari, merupakan sastrawan tulen yang menuliskan karya masyhurnya yaitu Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Karya ini merupakan sebuah lakon atau cerita yang menggambarkan kondisi pada masa orde baru. Dikisahkan banyak warga setempat yang dibunuh karena dianggap sebagai simpatisan PKI. Novel ini pada serial ketiga sempat tidak terbit penuh karena kondisi perpolitikan pada masanya sehingga harus menunggu waktu yang tepat. [Baca perjalanan penulisan Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk]
Beliau lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah pada 13 Juni 1948. Latar belakang pendidikan formal beliau tercatat di SMA Purwokerto. Beliau pernah mengikuti kuliah di beberapa kampus yaitu Fakultas Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), FE Unsoed (1974-1975), dan FISIP Unsoed (1975-1976). Beliau banyak sekali meraih penghargaan atas karya tulisnya. Bahkan trilogi Ronggeng Dukuh Paruk telah diangkat menjadi tontonan layar lebar. Ahmad Tohari pernah bekerja di BNI 1946 sebagai honorer majalah perbankan (1966-1967), majalah keluarga (1978-1981) dan dewan redaksi amanah (1986-1993). [Baca selengkapnya di: Ahmad Tohari]
Sinopsis Buku Bekisar Merah
Bekisar adalah unggas elok hasil kawin silang antara ayam hutan dan ayam biasa yang sering menjadi hiasan rumah orang-orang kaya. Dan, adalah Lasi, anak desa yang berayah bekas serdadu Jepang yang memiliki kecantikan khas – kulit putih, mata eksotis – membawa dirinya menjadi bekisar di kehidupan megah seorang lelaki kaya di Jakarta, melalui bisnis berahi kalangan atas yang tak disadarinya.
Lasi mencoba menikmati kemewahan itu, dan rela membayarnya dengan kesetiaan penuh pada Pak Han, suami tua yang sudah lemah. Namun Lasi gagap ketika nilai perkawinannya dengan Pak Han hanya sebuah senda gurau, main-main.
Baca juga: Kisah Pilu Sebuah Keluarga Korban Stalin di Lithuania – Resensi Buku Between Shades of Gray Karya Ruta Sepetys
Hanya main-main, longgar, dan bagi Lasi sangat ganjil. Karena tanpa persetujuannya, Pak Han menceraikannya dan menyerahkan kepada Bambung, seorang belantik kekuasaan di negeri ini, yang memang sudah menyukai Lasi sejak pertama melihat wanita itu bersama Handarbeni. Lasi kembali hidup di tengah kemewahan yang datang serba mudah, namun sama sekali tak dipahaminya. Apalagi kemudian ia terseret kehidupan sang belantik kekuasaan dalam berurusan dengan penguasa-penguasa negeri.
Di tengah kebingungannya itulah Lasi bertemu lagi dengan cinta lamanya di desa, Kanjat, yang kini sudah berprofesi dosen. Mereka kabur bersama, bahkan Lasi lalu menikah siri dengannya. Namun kaki-tangan Bambung berhasil menemukan mereka dan menyeret Lasi kemabli ke Jakarta. Berhasilkah Kanjat membela cintanya, dan kembali merebut Lasi yang sedang mengandung buah kasih mereka?
Ulasan Buku dan Petikan Pesannya

Ketika membaca buku Bekisar Merah kesan yang saya dapatkan pertama yaitu luar biasa. Penggambaran suasana pedesaan yang sangat kental terasa ketika membacanya. Mengingat buku ini pertama kali terbit pada tahun 1993 cukup bisa kita maklumi keadaan masyarakat pedesaan masih sangat terasa.
Selain itu, pesan dalam cerita yang dimuat oleh beliau seperti masih tertanam kuat kepercayaan masyarakat lokal. Misalnya ketika Darsa jatuh dari pohon kelapa, Mukri percaya dengan mengencingi Darsa yang jatuh bakal selamat dari balai. Selain itu kepercayaan yang tertanam di antara para penyuling kelapa untuk mengatakan kata “Jatuh” merupakan hal tabu. Mereka percaya kata jatuh atau jatuh dari pohon kelapa malah akan mendapatkan musibah. Akhirnya, mereka mengubah kata jatuh dengan “Kodok Lompat” dsb.
Memang angka pendapatan perkapita naik, namun apalah guna kalau di saat bersamaan berlangsung pembusukan moral ke-Indonesiaan, pengingkaran asas-asas negara republik, korupsi, kolusi dan nepotisme.
Ahmad tohari – Bekisar merah
Kondisi masyarakat pedesaan lain yang terekspos dalam novel tersebut yaitu kehidupan para penyadap nira kelapa. Monopoli harga terhadap penjualan hasil olahan nira kelapa yang menjadi gula mereka rasakan. Harga gula yang mereka terima tidak memiliki ambang batas minimum yang seharusnya mereka terima. Alhasil kadang harga gula lebih rendah ketimbang harga beras. Tentu ketika kondisi seperti ini merupakan bencana bagi mereka karena hasil penjualan hari itu merupakan biaya hidup untuk hari itu.
Baca juga: Kisah Hidup Keluarga Tapol di Zaman Orde Baru – Resensi Buku Pulang Karya Leila S. Chudori
Dari segi cerita, fokus pada gadis bernama Lasi. Kisah cinta pernikahan yang tragis dengan Darsa bak air susu dibalas dengan air tuba terjadi kepadanya. Atas dasar rasa sakitnya itu, Lasi nekat kabur dari Karangsoga ke Jakarta. Ia akhirnya tinggal dengan Bu Koneng sebagai pekerja di warung nasi miliknya. Dari sana Lasi bertemu dengan Bu Lanting yang merupakan pemasok atau mucikari pada kalangan atas.
Lasi sebagai anak desa yang tidak tahu menahu mengenai kehidupan kota, dan dengan sikap manut harus terjebak dalam lingkaran mucikari. Karena parasnya yang rupawan campuran sedadu Jepang dan Indonesia, Lasi menjadi korban mata keranjang kalangan atas. Akhirnya Lasi terdampar di kota sebagai bekisar, merasakan kehidupan mewah dan harus menjadi pendamping seperti Pak Handarbeni dan Pak Bambung.
Di sisi lain, Kanjat seorang pemuda Karangsoga putra dari pengepul gula warga Karangsoga tumbuh sebagai dosen di salah satu kampus di Purwokerto. Ia mengangkat kisah hidup perjuangan warga Karangsoga terutama para penyadap nira. Bagaimana harga yang selalu berubah-ubah sampai sangat murah Ia angkat. Sampai Kanjat menyadari kepedulian dan rasa cinta kepada Lasi yang terus membuncahnya.
Baca juga: Sebuah Cerita Kehidupan, Kematian, Keluarga dan Alam Semesta – Resensi Buku Gadis Jeruk Karya Jostein Gaarder
Pesan yang ada dalam buku ini yaitu tidak ada pemberian yang gratis. Lambat laun pemberian tersebut akan merenggut atau meminta balik sesuatu dari diri kita. Biasanya (berdasarkan stereotip terhadap beberapa suku dan orang pedesaan) ini berlaku untuk mereka yang lama tinggal di pedesaan. Atau mereka yang tinggal di suku tertentu mungkin juga bahkan berlaku untuk semua orang. Pepatah tersebut berlaku karena orang yang diberikan pertolongan atau menerima barang akan merasa sungkan. Sungkan dalam artian merasa memiliki hutang kebaikan, dan merasa harus berbalas budi.
There ain’t no such things as a free lunch
Memang ini hanya terjadi dalam persepsi individu yang menerima kebaikan saja, namun bisa juga berlaku ketika orang yang berbuat baik mengungkit kebaikannya tersebut. Tentu mengungkit secara eksplisit seperti menilai orang tidak tahu terima kasih, atau secara implisit seperti sengaja memaksa meminta tolong kepadanya. Tentu juga, ini tidak akan berlaku apabila orang yang berbuat baik melupakan kebaikannya dan ikhlas menolong atau memberi kepada orang lain. Atau mereka yang tidak kenal satu sama lain, dalam artian baru bertemu pertama kali. Satu-satunya kebaikan yang tidak ada biaya yaitu kebaikan orang tua dan guru.
Baca juga: Mencari Jawaban Seputar Kehidupan dan Perjalanan Hidup – Resensi Buku Misteri Soliter
Kemudian kamu harus menjadi manusia yang berdaya. Alur hidupmu jangan ingin orang lain yang menentukan. Seperti Lasi yang merupakan perempuan lugu serta tidak tahu menahu kehidupan di kota, akhirnya terombang-ambing dalam kepentingan orang lain. Ia seakan sebagai benda tanpa bisa mengikuti alur hidup sesuai keinginannya.
Pesan yang bisa kamu petik lainnya seperti harus menyadari setiap manusia itu merupakan satu kesatuan. Artinya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Menyadari kontribusi orang lain dalam kehidupan sendiri sangat diperlukan. Sebagai contoh, kamu tidak akan merasakan atau menikmati makanan bergula kalau tidak ada penyadap nira kelapa. Atau juga kamu tidak akan mendapatkan beras kalau tidak ada petani. Begitu juga sebaliknya, petani tidak akan mendapatkan aliran listrik kalau tidak ada pegawai PLN dsb.
Hal-hal semacam ini sering luput dari kesadaran kita sebagai manusia. Padahal manusia hidup tidak bisa sendirian, sebagai contoh ketika lapar kamu tidak perlu membajak sawah, kemudian menanam padi, mengurus sawah, memanen kemudian menggiling sampai jadi beras. Itu tidak bisa sendirian. Maka ingatlah dan berbuat baiklah serta berterimakasihlah kepada semua orang.
Link Download dan Baca Buku Bekisar Merah PDF
Bagi kamu yang ingin mengunduh buku Bekisar Merah PDF, kamu bisa membaca buku ini secara gratis di aplikasi [Ipusnas] atau [IJakarta]. Kalau kamu ingin membeli dan memiliki buku ini selamanya secara elektronik, kamu bisa membelinya di google play book. Kisaran harga yang ditawarkan yaitu sekitar Rp. 56.000 – Rp. 76.000. Kamu bisa mengaksesnya ke link berikut [Bekisar Merah Google Play Book].
Apabila kamu kurang suka membaca buku elektronik, kamu bisa membeli buku cetaknya juga. Harga yang ditawarkan untuk buku Bekisar Merah karya Ahmad Tohari di market place online sekitar Rp. 60.000 – Rp. 76.000. Yuk biasakan membeli buku resminya, atau membaca gratis dari kanal resmi juga. Tujuannya untuk membantu penulis, penerbit, penjual buku dan pihak lain yang terlibat supaya tetap produktif dan bahagia.
Buku Lainnya Karya Ahmad Tohari (Novel)
- Kubah (1980)
- Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk; Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Jantera Bianglala (1986)
- Di Kaki Bukit Cibalak (1986)
- Lingkar Tanah Lingkar Air (1995)
- Belantik (2001)
- Orang Orang Proyek (2002)
Daftar Pustaka
Tohari, A. (2018), Bekisar Merah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Penutup
Oke untuk artikel resensi buku Bekisar Merah karya Ahmad Tohari cukup sampai di sini saja. Semoga bisa bermanfaat bagimu. Jangan lupa bagikan artikel ini ke temanmu yang lain apabila kamu mempelajari sesuatu yang baru dari sini. Terima kasih.
Bagi kamu yang memiliki kritik dan saran yang dapat membangun blog ini, kamu bisa mengirimkannya ke alamat email berikut: aripviker@gmail.com
Kata kunci: Resensi buku bekisar merah. Review buku bekisar merah. Resensi buku karya Ahmad tohari. Sinopsis buku bekisar merah.
0 Komentar