Sebuah Kilas Balik Perkuliahan Bersama Prof Bambang Suryadi, Ph.D, di Ruang 406 Psikologi UIN Jakarta

oleh | 15 Okt 2021 | Study dan Scholarship

Pendahuluan

Kali ini Arif Keisuke akan memuat artikel mengenai sebuah kilas balik masa perkuliahan bersama Prof. Bambang Suryadi, Ph.D di ruang 406 Psikologi UIN Jakarta. Kebetulan dulu beliau sebelum hijrah dengan amanah menjadi atase kedubes di Mesir dan sebelum menjadi guru besar, beliau pernah mengampu mata kuliah psikologi konseling kala itu.

Tulisan ini memang merupakan sebuah tugas dari beliau kepada mahasiswanya sebagai tugas akhir perkuliahan Psikologi Konseling. Tema yang beliau minta lebih ke kesan dan apa sih yang mahasiswa dapatkan dalam perkuliahan tersebut. So, tanpa mengurangi rasa hormat, tulisan ini saya dedikasikan dan sebagai tanda ucap terima kasih kepada beliau, Prof. Bambang, atas ilmu dan pengalamannya.

Selamat membaca Sebuah Kilas Balik Perkuliahan Bersama Prof Bambang Suryadi, Ph.D, di Ruang 406 Psikologi UIN Jakarta, dengan judul 406 is apart of my big journey ya, semoga bermanfaat.

406 is apart of my big journey

“Jangan lupa bahwa kalian merupakan alumni BS 406 jika sudah di luar, dan tunjukan pada mereka kualitas alumni 406”.

Prof. Bambang Suryadi, Ph.D

Kira-kira ungkapan seperti itu yang sering terlontar dari Pak Bambang Suryadi, Ph.D, yang merupakan dosen pengampu mata kuliah Psikologi Konseling.

Semua terekam di ruangan petak yang tidak lebih besar dari kamar seorang konglomerat, namun keberadaan ruangan itu sangatlah bermakna. Ruangan yang menjadi saksi bisu perjalanan mahasiswa Fakultas Psikologi semester 5 2016 terutama kelas C, terlebih untuk diri saya sendiri. Saya menganggap pengalaman berada di ruang 406 merupakan bagian dari sebuah perjalanan besar dan singkat perjalanan hidup saya.

Sebuah ruangan perkuliahan. Sumber: Unsplash.com

Ini bukan merupakan sebuah kisah super hero ataupun orang besar yang mampu mendecak kagumkan mata banyak orang, tapi hanyalah sebuah pesan bermakna yang dituangkan dalam perjalanan penulis di ruangan senyap yang terlalu dingin karena AC, ruang 406. Semua perjalanan kisah ini bermula ketika memerahnya bunga September, dan begitu terasa cepat berakhir di akhir bulan Desember lalu. Hasilnya, beragam pelajaran hidup saya dapatkan sudah terekapitulasi dan terpatri dengan pasti dalam kognisi diri.

Sebuah kronologi kisah di penghujung tahun 2018 dimulai dengan orientasi pada subjek perkuliahan Psikologi Konseling. Pada hari pertama, beliau sudah membawa angin yang berbeda untuk perkuliahan, mulai dari rencana tugas menulis setiap minggu dengan rincian 1000 kata, sampai proses belajar mengajar yang tidak menggunakan hafalan, tetapi mahasiswa harus bisa menerapkan “Thinking out of the box” menggunakan prior knowledge dalam masing-masing pribadi. Saya pun cukup tertarik dengan gagasan dan konsep tersebut, seraya saya berkata dalam sukma “Ini bakalan meningkatakan kemampuan menulis dan berpikir kayaknya”.

Baca juga: Tata Cara Daftar Wisuda Setelah Sidang Hasil Sampai Wisuda Untuk Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta

Realisasinya memang kami ditugaskan membuat essay sebanyak 1000 kata, di minggu pertama dan minggu-minggu berikutnya. Namun hanya sampai 4 minggu, dan dalam beberapa minggu berikutnya tidak nampak muncul kembali ke permukaan tugas menulis tersebut. Alhasil saya pun berasumsi, mungkin beliau tidak sampai hati menambah beban mahasiswa setiap minggunya.

Padahal konsep penugasan tersebut bisa mendongkrak minat literasi, terutama keterampilan menulis. Berdasarkan pengamatan saya (yang suudzan wkwk), banyak sekali mahasiswa yang memang kurang minat dalam kepenulisan. Sementara, tugas akhir mahasiswa mengharuskan untuk membuat sesuatu yang berhubungan dengan kepenulisan.

Selanjutnya, cara berpikir dan belajar harus thinking out of the box dan menggunakan prior knowledge ketimbang hafalan. Berpikir di luar dari kotak atau batasan merupakan cara berpikir ketika sedang mencari suatu solusi. Pemikiran yang kita miliki janganlah sempit atau terkungkung dalam suatu konsep monoton saja. Seharusnya bisa memandang jauh ke depan dan ke luar secara divergen.

Begitupun ketika belajar, harusnya bisa melihat kaitan antara subjek yang diajarkan dengan sesuatu yang lain. Dari sini saya mencoba untuk melihat konsep dalam psikologi konseling supaya bisa saya aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan terhadap konsep psikologi lainnya. Sehingga ini bisa menjadi prior knowledge dalam diri dan bisa mengkonstruk pemahaman sesuai dengan yang saya pahami.

Selain itu, nilai yang paling saya kagumkan dan tanamkan dari kelas 406 yaitu ketepatan waktu dan menepati janji. Salah satu dosen yang menerapkan disiplin tepat waktu yaitu Pak Bambang Suryadi. Ketepatan waktu dalam menghadiri suatu konvensi, janji ataupun pertemuan merupakan sesuatu yang sedang saya tanamkan dalam diri. Sehingga ketika berada di kelas ini, saya merasa terobati atas anggapan susah ketika menghubungi dosen atau telat oleh beliau. Di samping itu, pelajaran yang saya dapatkan bahwa ketika kita ingin menyuruh orang lain melakukan suatu kebaikan, supaya lebih mengena dan terbentuk, kebaikan tersebut harus kita tanamkan terlebih dahulu dalam diri seperti sikap ketepatan waktu ini.

Baca juga: Kamu Mahasiswa Baru? Yuk Intip Keuntungan Tinggal di Asrama Tahun Pertama

Namun dalam perjalanan kelas Psikologi Konseling terutama perkuliahan setelah diadakannya ulangan tengah semester (UTS), Pak Bambang Suryadi tidak pernah hadir membersamai dalam perkuliahan. Beragam kesibukan di luar menjadi prioritas beliau daripada memberikan materi secara langsung di kelas. Memang, sebagai seorang mahasiswa idealnya bisa belajar secara mandiri, namun ini hanya berlaku bagi mereka yang punya hasrat terhadap ilmu perkuliahan. Ini akan berlainan dan tidak berlaku bagi orang seperti saya yang pemalas.

Perkuliahan setelah ulangan tengah semester seperti tidak mendapatkan insight ataupun materi yang utuh. Pemahaman yang masih belum bisa terkonstruk, berceceran dalam kognisi serta tidak beraturan, karenanya pesan saya sebagai pencari ilmu mengharapkan ilmu yang langsung dari Pak Bambang. Saya merasa memiliki sedikit penyesalan tidak bisa memahami materi dan ilmu langsung dari beliau setelah uts.

Saya sangat mengharapkan beliau bisa memprioritaskan kegiatan perkuliahan dengan adil. Meskipun begitu, saya bisa mengambil ibrah dari sini seperti harus mampu mengaplikasikan pembelajaran mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya bisa mengkonstruk pemahaman sesuai dengan diri sendiri. Di samping itu, makna lainnya seperti bisa menyadari setiap situasi untuk benar-benar belajar baik secara mandiri ataupun diayomi.

Terlepas dari itu semua, perjalanan singkat satu semester ini, merupakan sebuah perjalanan besar hidup. Perjalanan dalam bahtera kehidupan yang ditujukan untuk mendapatkan kebijaksanaan. Karenanya, siapa yang berhasil memaknai makna hidup dia lah merupakan murid kehidupan. Oleh sebab itu, 406 is a part of my big journey yang harus bisa disingkap makna serta pelajaran hidup di dalamnya guna meneguk kebahagiaan dan kebijaksanaan hidup.

Profil beliau: Prof Bambang Suryadi, Ph.D (Instagram)(Google Scholar)

Buku beliau: Mengenal Humor untuk Kehidupan yang Lebih Positif – Resensi Buku Humor Therapy Karya Bambang Suryadi

2 Komentar

  1. Bambang

    Terimakasih Arif.
    Refleksi yang luar biasa

    Sekarang apa kegiatan Arif?
    Wish you all the best

    BS

    Balas
    • Arif B Al F

      Wah aamiin, terima kasih banyak pak sudah menyempatkan membaca tulisan ini. Alhamdulillah dan inshaa Allah saya akan menempuh kuliah magister dengan beasiswa lpdp pak, mohon do’anya.

      Semoga Prof Bambang dan keluarga selalu diberikan kesehatan.

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *